Saat ini Kementerian Perindustrian terus memajukan pengembangan sektor IHMA atau kepanjangan dari Industri Hilir Minyak Atsiri agar peluang usaha minyak atsiri lebih luas sehingga lebih mempunyai daya saing.
Terlebih, potensi ketersediaan bahan baku di Indonesia ini sangat beragam, bahkan sudah menjadi rumah untuk kisaran 40 jenis tumbuhan atsiri dari 99 jenis tumbuhan atsiri di dunia. 13 jenis tumbuhan dari jumlah tersebut sudah memasuki pasar atsiri dunia, yakni serai wangi, nilam, lada, jahe, cengkeh, cendana, melati, kemukus, akar wangi, kayu putih, kayu manis, pala, dan juga kenanga.
Untuk tumbuhan serai wangi sendiri, dikenal menjadi dua tipe minyak serai wangi di dunia perdagangan, yakni tipe Jawa (Indonesia) dan juga tipe Ceylon. Mutu dari minyak serai wangi dengan tipe Ceylon tidak bisa menyaingi mutu dari tipe Jawa.
Komoditas minyak atsiri lain yang paling laku di pasaran yaitu minyak atsiri dari nilam. Sekarang ini, harga minyak atsiri dari nilam yang berkualitas bagus kisaran Rp. 400.000 per kgnya. Sementara harga dari nilam segar yaitu Rp. 1000 per kg, 1 hektar lahan bisa umumnya menghasilkan 25 ton nilam basah.
Hal ini menjadi salah satu potensi untuk peningkatan nilai plus ekonomi dari industri pengolahan dalam negeri, terlebih Indonesia menjadi salah satu produsen utama minyak atsiri. Minyak atsiri saat ini masih menjadi salah satu dari sekian banyak komoditas yang unggul bagi Indonesia.
Peluang pasarnya pun tak pernah sepi. Hal ini karena industri yang memerlukan minyak atsiri sangat banyak. Dimulai dari industri flavor dan juga fragrance, industri pengendalian serangga atau hama, industri makanan dan juga minuman, serta industri kimia aromatik dan juga toiletries.
Bahkan, menurut pembicaraan dari F. Rahardi sebagai pengamat agribisnis, minyak atsiri juga dijadikan bahan bakar roket. Kata F. Rahardi, walaupun kandungan minyak atsiri di bahan bakar roket terbilang sedikit, namun tetap ada kandungan dari minyak atsiri.
Untung dari Usaha Minyak Atsiri
Tidak heran lagi apabila kebutuhan minyak atsiri ini dikatakan sangat besar. Bahkan, dari tahun ke tahun permintaan minyak atsiri terus meningkat. Selain minyak nilam, minyak cengkeh juga menjadi salah satu jenis minyak atsiri yang permintaannya paling banyak, bisa mencapai 5.000 ton sampai 6.000 ton per tahunnya.
Dengan modal Rp. 80 juta saja, kamu bisa memulai usaha minyak atsiri. Kamu juga harus yakin dengan peluang pasar dan juga ketersediaan bahan baku yang cukup besar di Indonesia. Dengan modal 80 juta tersebut kamu bisa membeli mesin penyulingan minyak atsiri, alat destilasi minyak atsiri, dan juga bahan baku guna memperlancar produksi.
Menurut orang yang sudah mencoba usaha minyak cengkeh dengan modal sekitar 80 juta, dalam kurun waktu 1 tahun sudah bisa balik modal. Setelah itu, ia menggandeng beberapa investor untuk membangun fasilitas dari penyulingan yang lebih bagus senilai Rp. 250 juta guna memperbesar usahanya.
Selain minyak cengkeh, ia juga memproduksi minyak sereh wangi dan juga nilam. Seiring dengan banyaknya permintaan yang masuk, usahanya semakin berkembang dengan membuat produk minyak atsiri dari kulit pala, bunga mawar, dan juga melati.
Kini, ia sudah menjalankan 4 unit penyulingan dengan memperkerjakan kisaran 400 orang menjadi pengumpul daun cengkeh. Pemasan minyak atsiri yang diproduksi oleh orang tersebut tak hanya menjangkau pasar lokal, namun juga mencapai beberapa negara di Eropa, seperti Jerman dan Swiss.
Dari benua Eropa tersebut ia bisa mendapat permintaan minyak atsiri mencapai 5 ton per bulannya. Permintaan lainnya juga datang dari produsen kosmetik dan juga obat di Asia, Amerika Selatan, dan Amerika Utara.
Harga minyak atsiri yang dipasarkan cukup tinggi. Minyak cengkeh harganya kisaran Rp. 120.000 sampai Rp. 130.000 per kg, sementara minyak nilam harganya kisaran Rp. 400.000 sampai Rp. 500.000 per kg.
Harga dari minyak atsiri ini relatif stabil, terlebih di pasar internasional dipatok dengan mata uang dollar AS yang membuat keuntungan menjadi semakin tinggi.